Sudah sejak lama katak dikenal manusia sebagai salah satu makanan lezat. Di rumah-rumah makan Tionghoa, masakan katak terkenal dengan nama Swike, yang berarti ayam air(swi yang berarti air, dan ke yang berarti ayam), karena paha katak yang gurih dan berdaging putih mengingatkan pada paha ayam. Sementara itu, di beberapa tempat di Jawa Timur, telur-telur katak tertentu juga dimasak dan dihidangkan dalam rupa pepes telur katak.
Daging katak mengandung manfaat yang sangat besar, terutama sebagai sumber protein hewani yang bergizi tinggi. Limbah katak yang tidak dipakai sebagai bahan makanan manusia dapat digunakan sebagai ransum binatang ternak, seperti itik dan ayam. Kulit katak yang telah terlepas dari badannya bisa diproses menjadi kerupuk kulit katak. Sedangkan kepela katak yang sudah terpisah dapat diambil kelenjar hipofisanya dan dimanfaatkan untuk merangsang katak dalam pembuahan buatan. Daging katak juga dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit, seperti gatal-gatal, tifus, asma, dan lain-lain.
Daging katak, selain bisa diolah dan dikonsumsi sebagai bahan makanan, juga dapat dijadikan sebagai barang ekspor yang berkualitas. Salah satunya adalah sebagai bahan baku dalam pembuatan sarung tangan yang mampu menghasilkan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar pengekspor daging paha katak, mulai dari jenis penghuni sawah (Fejervarya sp) hingga penghuni perairan berarus deras (Limnonectes sp) yang umumnya berukuran besar (macrodon).